Assalamu’alaikum…
Hai, teman-teman. Sudah lama saya tidak menulis tentang serunya kuliah di keperawatan. Kali ini saya akan menceritakan salah satu blok paling kece di Jurusan Keperawatan Universitas Jenderal Soedirman.
Jadi ceritanya dua hari yang lalu kami baru saja mengakhiri pembelajaran di Blok Mental Health Nursing. Itu lho, blok yang mempelajari kesehatan jiwa beserta gangguannya. Jumlah SKS nya lumayan besar, yaitu 9 SKS. Sehingga waktu pembelajarannya pun lumayan panjang, enam minggu teori di kampus dan satu minggu praktik di lapangan.
Hari pertama adalah kontrak belajar. Kami shock bukan main ketika melihat jadwal kuliah yang terisi penuh dari pukul 07.10 sampai 20.30. Hah??? Ini mau kuliah sampai malam?? Jaga kampus seharian gitu?? Beruntung tidak ada yang sampai cardiac arrest :D. Tetapi setelah dibaca lebih lanjut, ternyata yang membuat penuh adalah dicantumkannya jadwal tugas mandiri. Isi tugas mandirinya seperti review materi, mengerjakan laporan, mencari buku, persiapan lecture, atau mencari bahan diskusi. Ooh…kalau itu mah dilakukannya bukan di kampus ( 😀 terlalu cepat mengambil kesimpulan sih). Jadi ternyata mulai sekarang kami pun akan dibantu menyusun jadwal belajar di rumah/kos oleh tim blok. Lumayan nih buat yang masih suka keteteran membagi waktu belajar J
Hari-hari selanjutnya kami disuguhi banyak sekali metode bermain sambil belajar. Menyenangkan sekali. Selain lecture di kelas yang Alhamdulillah materi dan dosennya menarik untuk disimak, berikut metode pembelajaran super kece yang kami jalani. Cekidot!
- Piknik di bawah rindangnya dedaunan
Praktikum di blok ini banyak didominasi (eh, semuanya ding) oleh keterampilan komunikasi. Ada delapan kali praktik Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) dan delapan kali Strategi Pelaksanaan (SP) Komunikasi individu. Setiap jadwal TAK dan SP mahasiswa akan berebut mengambil tikar di laboratorium jiwa dan membawanya ke lapangan di depan kampus. Kami mencari tempat yang sejuk di bawah pohon untuk menggelar tikar. Setelah itu kami akan menghubungi tutor masing-masing untuk memulai praktikum. Oiya kecuali saat lecture, kami belajar dengan kelompok kecil yang terdiri dari 10-11 mahasiswa. Jadi bisa dibayangkan betapa santainya belajar di bawah pohon rindang, duduk melingkar ditemani seorang dosen sebagai tutor, dipenuhi canda tawa, tetapi ilmu praktikumnya tetap dapat.
Selama praktikum TAK dan SP kami melakukan simulasi terapi untuk pasien gangguan jiwa. Ada yang berperan sebagai perawat dan yang lain sebagai pasien gangguan jiwa. Jadi jangan heran kalau mahasiswa keperawatan pun banyak yang jago akting, namanya juga tuntutan 😀
- Menguji kepekaan terhadap lingkungan
Di awal blok, kami diminta membuat narasi tentang pengalaman melihat, memerlakukan, atau bahkan hidup bertetangga dengan penderita gangguan jiwa, baik itu saat kami anak-anak maupun sekarang. Tugas ini berfungsi sebagai pemetaan tentang paradigma mahasiswa terhadap penderita gangguan jiwa. Dosen menegaskan bahwa tidak ada kisah yang salah karena selama enam minggu ke depan, kami akan belajar bersama untuk menghilangkan diskriminasi terhadap penderita gangguan jiwa. Kepekaan terhadap lingkungan sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas ini.
Menjelang akhir blok, kami diminta membaca kembali narasi kami dan mengevaluasinya. Setelah enam minggu belajar di blok mental, diharapkan kami telah mampu memilah mana sikap yang salah dan bagaimana seharusnya kami serta masyarakat bersikap terhadap penderita gangguan jiwa. Karena salah satu kendala mewujudkan perawatan gangguan jiwa berbasis komunitas adalah paradigma masyarakat yang masih menimbulkan diskriminasi terhadap penderita.
3. Diskusi Kasus
4. Games
5. Carrosel: “sudah bukan jamannya lagi ilmu hanya ditelan sendiri”
6. Poster: “oleh-oleh untuk adik tingkat”
7. Debat Ilmiah
8. Syuting Film
9.Surat cinta yang membuat kami sehat jiwa
Pernah dapat surat cinta? Bagaimana rasanya? Tenang, bagi yang sudah maupun belum, semua dari kami mendapat surat cinta di akhir blok ini. Surat cinta ini membantu kami memahami salah satu indikator sehat jiwa, yaitu tidak menyalahkan orang lain maupun diri sendiri. Kok bisa? 😀 bisa dong..
Jadi, saat itu masing-masing mahasiswa diberikan potongan kertas sesuai jumlah teman di kelompok diskusinya (9-10). Kami diminta menuliskan semua nama teman kelompok, satu kertas satu nama. Setelah itu kami diberi waktu untuk menuliskan 10 kelebihan/kebaikan dari setiap nama. Awalnya terdengar mudah. Satu dua nomor terisi dengan lancar. Tetapi setiap sampai pada nomor ke 6,7,8,dst ternyata kami cukup kesulitan. Coba kami diminta menulis kekurangan, mungkin tak akan sesulit itu.
Nah, setelah semua selesai, surprise…. Ternyata kertas-kertas itu harus kami serahkan kepada nama yang tertera di kertas. Aaa…kelas langsung riuh seketika. Berbagai ekspresi ada, mulai dari senang, tidak percaya, menuduh temannya mengada-ngada, tertawa, atau mungkin ada juga yang terharu (kalau ini aku ga liat sih, tapi kayaknya ada deh 😀 sotoy).
Well, kadang manusia terlalu sibuk menyalahkan orang lain tanpa ingat bahwa ada banyak kebaikan yang yang dimiliki. Manusia juga kadang sibuk menyalahkan dirinya hingga merasa rendah diri dan tidak berguna. Padahal di sekitarnya masih ada orang-orang yang sadar ataupun tidak telah mendapatkan kebaikan darinya. Jadi, apa salahnya sesekali kita memberikan surat cinta dan mengucapkan terimakasih atas kehadiran teman-teman, keluarga, atau siapapun di sekitar kita? Surat cinta untuk mereka yang telah membuat hidup kita menjadi lebih berwarna. Surat cinta yang membuat kita belajar menghargai orang lain dan mungkin bisa membantu orang lain untuk menghargai dirinya sendiri.
(Tidak seperti biasanya, terminasi blok kali ini menghabiskan waktu hampir empat jam. Waktu yang cukup lama.)
…
*tulisannya belum selesai, kisah kece nya masih banyak yang belum diceritakan. Nanti atau besok lagi deh diteruskan, insya Alloh. Sekarang mau pergi dulu, cari ilmu 😀